TEORI TEKTONIK LEMPENG DAN GEMPA BUMI

Kamis, 4 April 2019

 

Menurut Teori Lempeng Tektonik, susunan terluar bumi kita terbuat dari satu lempengan tidak tebal namun keras yang satu sama lain saling bergerak relatif. Gerakan ini berlangsung  terus-menerus di mulai sejak bumi ini terwujud sampai saat ini. Teori Lempeng Tektonik mulai populer  sejak tahun 1960-an, dan hingga sampai saat ini teori ini sudah sukses menjelaskan beragam fenomena geologis, seperti gempa bumi, tsunami, serta meletusnya gunung berapi, juga dengan jelas menggambarkan bagaimana terbentuknya gunung, benua, serta samudra.

Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) maupun kerak samudra (oceanic crust), serta susunan batuan paling atas dari mantel bumi (earth’s mantle). Kerak benua serta kerak samudra, beserta susunan paling atas mantel ini diberi nama litosfer. Kepadatan material pada kerak samudra lebih tinggi di banding kepadatan pada kerak benua. Demikian juga, elemen-elemen zat pada kerak samudra (mafik) lebih berat di banding elemen-elemen pada kerak benua (felsik).
Dibawah litosfer ada susunan batuan cair yang diberi nama astenosfer. Lantaran suhu serta desakan di susunan astenosfer ini sangatlah tinggi, batu-batuan di susunan ini bergerak mengalir seperti cairan (fluid). Litosfer terpecah menjadi beberapa bagian lempeng tektonik yang saling bersinggungan antara satu dengan lainnya. Tersebut disini beberapa nama lempeng tektonik yang ada di bumi, serta lokasinya di dalam peta tektonik.




Gerakan Lempeng (Plate Movement)
Berdasar pada arah gerakannya, perbatasan pada lempeng tektonik yang satu dengan yang lain (plate boundaries) terdiri dari 3 tipe, yakni divergen, konvergen, serta transform. Diluar itu ada tipe lain yang cukup kompleks tetapi tidak sering muncul, yakni pertemuan simpang tiga (triple junction) di mana tiga lempeng kerak saling bersua.



1. Batas Divergen
Berlangsung pada dua lempeng tektonik yang bergerak sama-sama saling menjauh (break apart). Saat suatu lempeng tektonik pecah, susunan litosfer menipis serta terbelah, membuat batas divergen. Pada lempeng samudra, sistem ini mengakibatkan pemekaran lantai dasar laut (seafloor spreading). Sedang pada lempeng benua, sistem ini mengakibatkan terbentuknya lembah retakan (rift valley) karena kemunculan celah pada ke-2 lempeng yang sama-sama saling menjauh itu. Pematang Tengah-Atlantik (Mid-Atlantic Ridge) merupakan satu diantara model divergensi yang paling populer, membentang dari utara ke selatan di sepanjang Samudra Atlantik, membatasi Benua Eropa serta Afrika dengan Benua Amerika.

2. Batas Konvergen
Berlangsung jika dua lempeng tektonik saling menunjam (consumed) ke arah kerak bumi, yang menyebabkan keduanya bergerak sama-sama untuk saling menumpu (one slip beneath another).  Lokasi di mana satu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua atau lempeng samudra lain dimaksud dengan zona tunjaman (subduction zones). Di zona tunjaman inilah kerap berlangsung gempa. Pematang gunung api (volcanic ridges) serta parit samudra (oceanic trenches) juga terbentuk di lokasi ini.

3. Batas Transform
Berlangsung apabila dua lempeng tektonik bergerak sama-sama menggelangsar (slide each other), yakni bergerak sejajar tetapi berlawanan arah. Keduanya tak saling  menjauh ataupun sama-sama menumpu. Batas transform ini dapat di kenal juga sebagai sesar ubahan-bentuk (transform fault).


Seperti sudah diterangkan pada awal mulanya, subduksi pada dua lempeng mengakibatkan terbentuknya jejeran gunung berapi serta parit samudra. Demikian juga subduksi pada Lempeng Indo-Australia serta Lempeng Eurasia mengakibatkan terbentuknya jejeran gunung berapi yang menghasilkan suatu jejeran pegunungan yang dinamakan sebagai Bukit Barisan di Pulau Sumatra serta jejeran gunung berapi di sepanjang busur kepulauan dari Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, dan keberadaan parit samudra yang dinamakan sebagai Parit Jawa (Sunda).
Lempeng tektonik selalu bergerak. Hingga satu waktu nanti gerakannya berupa gesekan atau benturan terjadi dengan cukup keras. Apabila ini kejadian ini berlangsung maka timbullah gempa yang mungkin di iringi oleh tsunami. Termasuk juga meningkatnya kenaikan magma ke permukaan. Jadi, tak usah heran apabila berlangsung suatu gempa yang bersumber dari dasar laut Samudra Hindia, yang kerapkali di ikuti dengan tsunami, maka aktivitas gunung berapi di sepanjang pulau Sumatra serta pulau Jawa juga turut meningkat.

Sumber : https://antigempa.com/gampang-paham-teori-lempeng-tektonik/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMULIAAN TANAMAN & HEWAN SERTA ADAPTASI

PENERAPAN LISTRIK STATIS DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

PENERAPAN MEDAN MAGNET & GGL INDUKSI